by Yulius Eka Agung Seputra,ST,MSi
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi
dan inkonsistensidalam penggunaan istilah manajemen. Dalam perkembangannya
istilah manajemen secarasubstansial disamakan dengan istilah administrasi.
Perbedaan pada keduanya terletak pada ruanglingkupnya saja. Administrasi lebih
luas ruang lingkupnya disbanding dengan manajemen.Keduanya menekankan pada
tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja untuk keuntungan yanglebih
besar.MBS memiliki banyak pengertian, bergantung dari sudut pandang orang
yangmengartikannya. Nurkholis (2003:1), misalnya, menjelaskan bahwa Manajemen
BerbasisSekolah terdiri dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah.
Pertama, istilahmanajemen memiliki banyak arti. Secara umum manajemen dapat
diartikan sebagai prosesmengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai
tujuan. Ditinjau dari aspek pendidikan,manajemen pendidikan diartikan sebagai
segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaanproses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,menengah
maupun tujuan jangka panjang. Kedua, kata berbasis mempunyai kata dasar
basisatau dasar. Ketiga, kata sekolah merujuk pada lembaga tempat
berlangsungnya proses belajarmengajar. Bertolak dari arti ketiga istilah itu,
maka istilah Manajemen Berbasis Sekolah dapatdiartikan sebagai segala sesuatu
yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya yang berdasarpada sekolah itu
sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang
telahditetapkan.Seperti halnya Nurkholis, Slamet PH (2001) mendefinisikan MBS
dengan bertolak darikata manajemen, berbasis, dan sekolah. Menurut Slamet,
manajemen berarti koordinasi danpenyerasian sumber daya melalui sejumlah input
manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Berbasis artinya “berdasarkan pada” atau “berfokuskan pada”. Sedangkan sekolah merupakan organisasi
terbawah dalam jajaran Departemen PendidikanNasional (Depdiknas) yang bertugas
memberikan “bekal kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar
ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro)
danprofesiona-listik (kualifikasi, untuk sumber daya manusia). Djam’an Satori
(1980) memberikan pengertian manajemen sekolah dengan menggunakan istilah
administrasi sekolah yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama
dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai
untuk mencapaitujuan sekolah yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.
Antara administrasi sekolah dan manajemen sekolah dapat dipandang secara
essensial dari tiga sudut pandang yakni sebagaiilmu, sebagai seni, dan sebagai
suatu proses kegiatan.Baik administrasi maupun manajemen sebagai suatu ilmu,
keduanya telah memenuhipersyaratan sebagai suatu ilmu yakni : pertama, keduanya
memiliki obyek yang dipelajari yaknikerjasama sekelompok orang. Kedua, keduanya
memiliki metode dalam mempelajarinya.Ketiga, keduanya memiliki sistematika baik
dalam mempelajarinya maupun dalam aplikasinya.Manakala dipandang sebagai suatu
seni, maka para pengelola sekolah dapat memerankanperanannya sebagai pemimpin
yang mampu mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk bekerja sama. Manakala
dipandang sebagai suatu proses kegiatan, maaka setiap orang yangterlibat dalam
proses kerja sama dalam bidang persekolahan harus dapat melaksanakan tugassesuai
dengan fungsi dan perannya secara professional dan proporsional.B.
Tujuan Manajemen
Sekolah
Pada hakekatnya tujuan
manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan sekolahsebagai suatu
organisasi. Proses manajemen yang baik adalah manakala di dalamnya terdapatkegiatan
manajerial yaitu kegiatan yang seyogyanya dilakukan oleh orang-orang
yangmempunyai status dan kewenangan sebagai manajer, serta kegiatan operatif
yakni kegiatan yangseharusnya diselesaikan oleh para pelaksana lapangan.Dengan
demikian, tujuan akhir dari manajemen sekolah adalah membantu
memperlancartercapainya tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Kehadiran
manajemen dalam prosespersekolahan sebagai salah satu alat untuk membantu
memperlancar pencapaian tujuan.Secara lebih rinci tujuan khusus dilaksanakan
manajemen sekolah yang baik agar :pertama, terjadi efektifitas produksi pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan sehinggan paralulusannya dapat melanjutkan
ke jenjang pendidikan diatasnya, dapat bekerja sesuai denganpengetahuan dan ketrampilan
yang dimilikinya. Kedua, tercapainya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana,
tidak terjadi pemborosan terhadap waktu, uang, serta yang lainnya. Ketiga,
paralulusannya dapt menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat, serta yang
keempattwerciptanya kepuasan kerja pada setiap anggota warga sekolah.
Fungsi-fungsi Manajemen
Sekolah
Fungsi manajemen sekolah berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan
manajemensekolah. Fungsi-fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan sekolah dapat
diklasifikasikanmenurut wujud problemanya, kegiatan manajemen dan kegiatan
kepemimpinan. Fungsimanajemen sekolah dilihat dari wujud problemanya terdiri
dari bidang-bidang garapan(substansi) dari manajemen sekolah. Problema-problema
yang merupakan bidang garapan darimanajemen sekolah terdiri dari :
1. Perencanaan
Perencanaan tidak lain
merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapaibeserta cara-cara
untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E.Boone dan
David L. Kurtz (1984) bahwa:
planning may be
defined as the proses by whichmanager set objective, asses the future, and
develop course of action designed to accomplishthese objective
. Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa :
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan
tujuan organisasi dan penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode,
sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak
terlibat dalam fungsi ini.” Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan
kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehinggasetiap kegiatan dapat diusahakan
dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. HaniHandoko mengemukakan
sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
(a)
membantumanajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan
(b)membantudalam kristalisasi persesuaian pada
masalah-masalah utama;
(c) memungkinkan
manajermemahami keseluruhan gambaran;
(d)membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
(e) memberikan cara
pemberian perintah untuk beroperasi;
(f) memudahkan dalam
melakukankoordinasi di antara berbagai bagian organisasi;
(g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
(h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
(i) menghematwaktu,
usaha dan dana.Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan,
yaitu :
1. Penentuan tujuan
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
· menggunakan kata-kata yang sederhana
· mempunyai sifat fleksibel
· mempunyai sifat
stabilitas
· ada dalam
perimbangan sumber daya, dan
· meliputi semua
tindakan yang diperlukan.
2. Pendefinisian gabungan situasi secara baik,
yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumberdaya alam, dan sumber daya
modal.
3. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan
secara jelas dan tegas.Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995)
bahwa terdapat empat tahapdalam perencanaan, yaitu :
· menetapkan tujuan
atau serangkaian tujuan;
· merumuskan keadaan
saat ini
· mengidentifikasi
segala kemudahan dan hambatan
· mengembangkan
rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.Pada bagian lain,
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996)
mengemukakanbahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang
terkandung dalam suatuperencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga
bentuk, yaitu :
· rencana global
yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang
· rencana strategis
merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatanatau tugas
yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan
(4) Rencana operasional yang merupakan rencana
kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek gunamenopang pencapaian tujuan jangka
panjang, baik dalam perencanaan global maupunperencanaan strategis. Perencanaan
strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalandengan perkembangan
lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan,
sepertiperkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang
semakin kompleks, danpercepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.Pada
bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam
penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
1. Penentuan misi dan tujuan, yang
mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan.Perumusan misi dan
tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan
inidipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat
mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti
macam produk atau jasa yang akandiproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.
2. Pengembangan profil
perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuanperusahaan dan
merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan
strategisekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber
daya perusahaan yangtersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan
perusahaan di masa lalu dankemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
sebagai implementasi strategi dalampencapaian tujuan di masa yang akan datang.
3. Analisa lingkungan eksternal, dengan
maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apaperubahan-perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaanperlu
mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar
organisasi, parapesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di
mana kekuatan-kekuatan ini akanmempengaruhi secara langsung operasi
perusahaan.Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik
dalam konteks bisnis,namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini
dapat diterapkan pula dalam kontekspendidikan, khususnya pada tingkat
persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesiadewasa ini sedang menghadapi
berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan
yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itusendiri
2) Pengorganisasian
Fungsi manajemen
berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986)
mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan
-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga
mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperolehkepuasan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentuguna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu”. Lousie E. Boone dan David L. Kurtz
(1984) mengartikan pengorganisasian : “… as the act of planning and
implementing organizationstructure. It is the process of arranging people and
physical resources to carry out plans and acommplishment organizational
obtective”. Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwapengorganisasian
pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telahdibuat
dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan
dalampengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang
mengerjakan, kapandikerjakan, dan apa targetnya. Berkenaan dengan
pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992)mengemukakan beberapa asas dalam
organisasi, diantaranya adalah :
(a) organisasi harus profesional, yaitu dengan
pembagian satuan kerja yang sesuai dengankebutuhan;
(b) pengelompokan satuan kerja harus
menggambarkan pembagian kerja;
(c) organisasi harus
mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab ;
(d) organisasi harus
mencerminkan rentangan kontrol;
(e) organisasi harus
mengandung kesatuan perintah; dan
(f) organisasi harus
fleksibel dan seimbang.Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko
mengemukakan tiga langkah dalam prosespengorganisasian, yaitu :
(a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan organisasi;
(b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan
yang logik dapat dilaksanakanoleh satu
orang; dan
(c) pengadaan dan
pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan paraanggota
menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3) Pengarahan
4) Pengkoordinasian
5) Pengawasan
Pengawasan
(controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnyadalam suatu
organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai
fungsipengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984)
memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process by which manager
determine wether actualoperation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert
J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995)mengemukakan
definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan,
bahwa : “Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapkanstandar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi umpanbalik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksiyang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan dipergunakan dengancara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan – tujuan perusahaan.” Dengan demikian, pengawasan merupakan
suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaandapat berjalan
sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai.
Apabilaterjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula
tindakan yangdiperlukan untuk mengatasinya.Selanjutnya dikemukakan pula oleh T.
Hani Handoko bahwa proses pengawasanmemiliki lima tahapan, yaitu :
a) penetapan standar
pelaksanaan
b) penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan
c) pengukuran
pelaksanaan kegiatan nyata
d) pembandingan
pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan dan
e) pengambilan
tindakan koreksi, bila diperlukan.Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling
berinteraksi dan saling kait mengkait antara satudengan lainnya, sehingga
menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengandemikian, proses
manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai
fungsimanajemen.Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di
sekolah dapat tercapai secaraefektif dan efisien, maka proses manajemen
pendidikan memiliki peranan yang amat vital.Karena bagaimana pun sekolah
merupakan suatu sistem yang didalamnya melibatkan berbagaikomponen dan sejumlah
kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpadidukung
proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan
kesemrawutanlajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun
tidak akan pernah tercapai secarasemestinya.Dengan demikian, setiap kegiatan
pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaanyang jelas dan realisitis,
pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasianseluruh
personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan
pengawasansecara berkelanjutan.
6) Penilaian
7) Pelaporan, dan
8) Penentuan anggaran
A. Kegiatan yang
bersifat operatif, yakni kegiatan yang dilakukan oleh para pelaksana.
Kegiatanini berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan. Artinya,bagaimanapun
baiknya kegiatanmanajerial (seperti perencanaan) tanpa didukung oleh
pelaksanaan pekerjaan yang telahdirencanakan tersebut, mustahil tujuan
organisasi dapat tercapai dengan baik. Fungsi
operatif inimeliputi pekerjaan-pekerjaan :
a) Ketatausahaan
yang dapat merembes dan dapat diperlukan oleh semua unit yang ada
dalamorganisasib)
b) Perbekalan
c) Kepegawaiand
d) Keuangan, dan
e) Humas
Dalam suatu proses kegiatan organisasi kedua fungsi tersebut
(fungsi manajerial danfungsi operatif) saling menunjang, saling mempengaruhi,
saling memerlukan dan saling mengisisatu sama lain. Dalam setiap fungsi saling
memerlukan, sebagai contoh: bagian kepegawaiandalam pelaksanaannya kepemimpinan
memerlukan fungsi manajerial dari perencanaan sampaidengan penentuan anggaran
(seperti:penggajian, pemberian honor, dan sebagainya)Fungsi manajemen sekolah
dilihat dari kegiatan kepemimpinan lebih ditekankanbagaimana cara manajer dapat
mempengaruhi, mengajak orang lain serta mengaturhubungandengan orang lain agar
bekerjasama mencapai tujuan. Dalam hal ini seorang manajer sekolahhendaknya
dapat menerapkan pola kepemimpinan yang efektif. Pola kepemimpinan yang efektif
adalah suatu gaya atau model kepemimpinan yang memperhatikan dimensi-dimensi
hubunganantar manusia (human relation), dimensi pelaksanaan tugas dan dimensi
situasi dan kondisidimana kita berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar